Minggu, 09 April 2017

Sejarah Catur di Indonesia

Catur adalah salah satu olahraga yang cukup populer di Inodonesia. Kepopuleran catur bisa dikatakan hampir menyamai kepopuleran  olahraga sepak bola maupun olahraga bulu tangkis. Catur dimainkan oleh semua kalangan, baik tua, muda, pria, wanita banyak yang meyukai permainan ini. Kepopuleran catur ini mungkin karena catur adalah olahraga yang sederhana dan olahraga yang bisa dimainkan kapan saja, tidak bergantung pada waktu, cuaca, iklim, dan lain-lain.
sejarah catur Indonesia
image source : chess.co.uk

Tetapi, apakah kita menegtahui perkembangan catur di Indonesia?
Sebenarnya,
Bagaimanakah perkembangan permainan cataur di Indonesia?
Masuknya permainan catur di Indonesia dipercaya merupakan sesuatu yang dibawa oleh bangsa Eropa, dalam hal ini adalah bangsa Belanda yang saat itu menjajah Inodonesia. Pada saat masuknya bangsa Belanda, catur belum  menjad olahraga populer di kalangan masyarakat pribumi. Saat itu catur hanya dimainkan oleh bangsa Belanda.  Catur di Indonesia belum memiliki sejarah yang panjang seperti catur di dunia. Orang Indonesia pada dasarnya hanya mengikuti tren yang dibawa oleh bangsa Belanda pada saat itu.

Pada akhir abad ke-19, muncullah banyak klub-klub catur di beberapa kota bedar di Indonesia, seperti Magelang,Ssurabaya, Yogjakarta dan Bandung. Pada tahun 1925, didirikanlah persatuan catur pertama dengan nama Nederlandsch Indische Schaakbond di kota Yogyakarta.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa catur telah lama dikenal oleh prang-orang Batak . Akan tetapi, konon katanya ada perbedaaan antara catur yang dimainkan oleh oran-orang Batak ini denang catur yang dimainkan oleh orang eropa. Mungkin saja catur telah diperkenalkan sebelumnya kepada orang Batak sebelum dibawa oleh orang-orang Belanda. Bahkan, pada salah satu pertandingan simultan yang dilakukan di salah satu kota di Sumatera, dua dari pecatur  asal Batak ini berhasil menaklukkan sang juara Belanda Yaitu Max Euwe. Saking hebantya peatur Batak itu, mx Euwe kemudian kembali lagi setelah sebelumnya berkunjung ke Jawa. Banyak yang  menyimpulkan bahwa kekuatan pecatur dari Batak ini adalah karena intuisi mereka yang hebat. Mereka mampu membuat langkah-langkah yang mengejutkan.
Pada tahun 1938, sebelum meletusnya perang dunia kedua catur telah menjadi populer di Indonesia. Bahkan jumlah pecatur Indonesia manjadi jauh lebih banyak dari jumlah pecatur yan berasal dari golongan Eropa.
Dimasa penjajahan Belanda, olah raga catur dihilangkan sama sekali. Entah karena alasan apa, mungkin saja karena Jepang takut jika banyak orang Indonesia  akan memiliki kemampuan taktis yang lebih baik sehingga bisa menjatuhkan mereka, atau bisa saja karena bangasa Indonesia terlalu sengsara dengan menjadi Romusha maupun Peta dan organisasi buatan Jepang lainnya sehingga tidak mampu meluangkan waktu sedikitpun untuk memainkan permainan ini. Atau bisa saja karena bangsa Jepang ingin memperkenalkan catur versi milik mereka.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, percaturan Indonesia mulai dihidupkan kembali, sehingga pada akhirnya didirikanlah Persatuan Catur Seluruh Indonesia ( Percasi ). Pada tahun 1948 setelah diprakarsai oleh beberapa tokoh pada saat itu. Percasi sendiri dianggap resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1950 dikota Yogyakarata dan pada saat itu telah memiliki Anggaran Dasar Rumah Tangga ( ADRT ). Ketua umum percasi pertama adalah  Dr. Suwito Mangkusuwodo. Kejuaraan nasional pertama sendiri baru bisa terlaksana pada tahun 1953.
Kedudukan Percasi kemudian dipindahkan dari Yogyakarat ke Surabaya pada tahun 1955 dan resmi diterima sebagai anggota FIDE pada tahun 1966.
Sejak saat itu, catur telah berkembang di Indonesia dan telah melahirkan beberapa Grand Master Hebat seprti Herman Suradiraja ( Grandmaster pertama), Susanto Megaranto(Grandmaster termuda), Edie Handoko, Cerdas Barus, Ruben Gunawan, Ardiansyah dan Utut Adianto.
Bukan hanya kaum adam saja yang bisa menharumkan nama Indonesia di pentas dunia melalui olah raga catur. Ada juga beberapa wanita yang memiliki prestasi yang sangat baik di dunia, seperti Irene Kharisma Sukandar, dan yang terbaru ini adalah Medina Warda Aulia.
Meskipun demikian, ada beberapa fakta pahit yang harus kita terima bahwa pada saat ini kepengurusan Percasi di  tingkat  daerah, bahkan di tingkat Provinsi masih dianggap kurang jelas, hal ini bisa kita simpulkan karena kurangnya kejuaraan yang dibuat oleh Percasi. Kebanyakan kejuaraan yang ada di Indonesia untuk tingkat daerah diselenggarakan oleh perusahaan, ataupun organisasi-organisasi tertentu, terutama mahasiswa.
Padahal, disatu sisi saat ini catur telah banyak melahirkan atlet-atlet muda berprestasi. Banyak anak-anak yang tidak menganggap catur sebagai olahraganya kaum tua dan lebih cenderung menganggap catur sebagai olahraga dari orang-orang cerdas. Disatu sisi juga, telah banyak bermunculan klub-klub catur di seluruh daerah dan penjuru kota di Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar